header-photo

ANALISIS FILOSOFIS LINGKUNGAN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

Oleh: Muhammad Kosim LA, MA

A. Pendahuluan

Lingkungan yang nyaman dan mendukung terselenggaranya suatu pendidikan amat dibutuhkan dan turut berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pendidikan yang diinginkan. Demikian pula dalam sistem pendidikan Islam, lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa sesuai dengan karakteristik pendidikan Islam itu sendiri.

Dalam literatur pendidikan, lingkungan biasanya disamakan dengan institusi atau lembaga pendidikan. Meskipun kajian ini tidak dijelaskan dalam al-Qur’an secara eksplisit, akan tetapi terdapat beberapa isyarat yang menunjukkan adanya lingkungan pendidikan tersebut. Oleh karenanya, dalam kajian pendidikan Islam pun, lingkungan pendidikan mendapat perhatian.

Untuk mengetahui lebih jelas tentang apa dan bagaimana hakikat lingkungan pendidikan Islam, maka perlu dilakukan kajian yang komprehensif dan mendalam tentang lingkungan tersebut dalam perspektif filsafat pendidikan Islam. Makalah ini sengaja disusun sebagai pengantar untuk membahas tentang masalah di atas yang selanjutnya akan didiskusikan dan disempurnakan dalam forum diskusi Mahasiswa Program Doktor IAIN Imam Bonjol Padang T.A. 2008/2009. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari pembaca sehingga apa yang diharapkan dapat terpenuhi dengan baik.

B. Analisis Filosofis tentang Lingkungan Pendidikan

1. Pengertian Lingkungan Pendidikan

Lingkungan pendidikan adalah suatu institusi atau kelembagaan di mana pendidikan itu berlangsung. Lingkungan tersebut akan mempengaruhi proses pendidikan yang berlangsung. Dalam beberapa sumber bacaan kependidikan, jarang dijumpai pendapat para ahli tentang pengertian lingkungan pendidikan Islam. Menurut Abuddin Nata, kajian lingkungan pendidikan Islam (tarbiyah Islamiyah) biasanya terintegrasi secara implisit dengan pembahasan mengenai macam-macam lingkungan pendidikan. Namun demikian, dapat dipahami bahwa lingkungan pendidikan Islam adalah suatu lingkungan yang di dalamnya terdapat ciri-ciri ke-Islaman yang memungkinkan terselenggaranya pendidikan Islam dengan baik.

Sebagaimana yang telah disinggung di bagian pendahuluan, bahwa dalam al-Qur’an tidak dikemukakan penjelasan tentang lingkungan pendidikan Islam tersebut, kecuali lingkungan pendidikan yang terdapat dalam praktek sejarah yang digunakan sebagai tempat terselenggaranya pendidikan, seperti masjid, rumah, sanggar para sastrawan, madrasah, dan universitas. Meskipun lingkungan seperti itu tidak disinggung secara lansung dalam al-Qur’an, akan tetapi al-Qur’an juga menyinggung dan memberikan perhatian terhadap lingkungan sebagai tempat sesuatu. Seperti dalam menggambarkan tentang tempat tinggal manusia pada umumnya, dikenal istilah al-qaryah yang diulang dalam al-Qur’an sebanyak 52 kali yang dihubungkan dengan tingkah laku penduduknya. Sebagian ada yang dihubungkan dengan pendidiknya yang berbuat durhaka lalu mendapat siksa dari Allah (Q.S. 4: 72; 7:4; 17:16; 27:34) sebagian dihubungkan pula dengan penduduknya yang berbuat baik sehingga menimbulkan suasana yang aman dan damai (16:112) dan sebagian lain dihubungkan dengan tempat tinggal para nabi (Q.S. 27: 56; 7:88; 6:92). Semua ini menunjukkan bahwa lingkungan berperan penting sebagai tempat kegiatan bagi manusia, termasuk kegiatan pendidikan Islam.

C. Macam-macam Lingkungan Pendidikan

Lingkungan pendidikan sangat dibutuhkan dalam proses pendidikan, sebab lingkungan pendidikan tersebut berfungsi menunjang terjadinya proses belajar mengajar secara aman, nyaman, tertib, dan berkelanjutan. Dengan suasana seperti itu, maka proses pendidikan dapat diselenggarakan menuju tercapainya tujuan pendidikan yang diharapkan.

Pada periode awal, umat Islam mengenal lembaga pendidikan berupa kutab yang mana di tempat ini diajarkan membaca dan menulis huruf al-Qur’an lalu diajarkan pula ilmu al-Qur’an dan ilmu-ilmu agama lainnya. Begitu di awal dakwah Rasulullah SAW, ia menggunakan rumah Arqam sebagai institusi pendidikan bagi sahabat awal (assabiqunal awwalun). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pendidikan Islam mengenal adanya rumah, masjid, kutab, dan madrasah sebagai tempat berlangsungnya pendidikan, atau disebut juga sebagai lingkungan pendidikan.

Pada perkembangan selanjutnya, institusi pendidikan ini disederhanakan menjadi tiga macam, yaitu keluarga—disebut juga sebagai salah satu dari satuan pendidikan luar sekolah—sebagai lembaga pendidikan informal, sekolah sebagai lembaga pendidikan formal, dan masyarakat sebagai lembaga pendidikan non formal. Ketiga bentuk lembaga pendidikan tersebut akan berpengaruh terhadap perkembangan dan pembinaan kepribadian peserta didik.

1. Lingkungan Keluarga

Dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas disebutkan bahwa keluarga merupakan bagian dari lembaga pendidikan informal. Selain itu, kelurga juga disebut sebagai satuan pendidikan luar sekolah. Pentingnya pembahasan tentang keluarga ini mengingat bahwa keluarga memiliki peranan penting dan paling pertama dalam mendidik setiap anak. Bahkan Ki Hajar Dewantara, seperti yang dikutip oleh Abuddin Nata, menyebutkan bahwa keluarga itu buat tiap-tiap orang adalah alam pendidikan yang permulaan. Dalam hal ini, orang tua bertindak sebagai pendidik, dan si anak bertindak sebagai anak didik. Oleh karena itu, keluarga mesti menciptakan suasana yang edukatif sehingga anak didiknya tumbuh dan berkembang menjadi manusia sebagaimana yang menjadi tujuan ideal dalam pendidikan Islam.

Agar keluarga mampu menjalankan fungsinya dalam mendidik anak secara Islami, maka sebelum dibangun keluarga perlu dipersiapkan syarat-syarat pendukungnya. Al-Qur’an memberikan syarat yang bersifat psikologis, seperti saling mencintai, kedewasaan yang ditandai oleh batas usia tertentu dan kecukupan bekal ilmu dan pengalaman untuk memikul tanggung jawab yang di dalam al-Qur’an disebut baligh. Selain itu, kesamaan agama juga menjadi syarat terpenting. Kemudian tidak dibolehkan menikah karena ada hal-hal yang menghalanginya dalam ajaran Islam, yaitu syirik atau menyekutukan Allah dan dilarang pula terjadinya pernikahan antara seorang pria suci dengan perempuan pezina. Selanjutnya, juga persyaratan kesetaraan (kafa’ah) dalam perkawinan baik dari segi latar belakang agama, sosial, pendidikan dan sebagainya. Dengan memperhatikan persyaratan tersebut, maka diharapkan akan tercipta keluarga yang mampu menjalankan tugasnya—salah satu di antaranya—mendidik anak-anaknya agar menjadi generasi yang tidak lemah dan terhindar dari api neraka. Allah SWT berfirman:

Surat al-Tahrim/66 ayat 6:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَاراً وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.

Karena besarnya peran keluarga dalam pendidikan, Sidi Gazalba, seperti yang dikutip Ramayulis, mengkategorikannya sebagai lembaga pendidikan primer, utamanya untuk masa bayi dan masa kanak-kanak sampai usia sekolah. Dalam lembaga ini, sebagai pendidik adalah orang tua, kerabat, famili, dan sebagainya. Orang tua selain sebagai pendidik, juga sebagai penanggung jawab.

Oleh karena itu, orang tua dituntut menjadi teladan bagi anak-anaknya, baik berkenaan dengan ibadah, akhlak, dan sebagainya. Dengan begitu, kepribadian anak yang Islami akan terbentuk sejak dini sehingga menjadi modal awal dan menentukan dalam proses pendidikan selanjutnya yang akan ia jalani.

Untuk memenuhi harapan tersebut, al-Qur’an juga menuntun keluarga agar menjadi lingkungan yang menyenangkan dan membahagiakan, terutama bagi anggota keluarga itu sendiri. Al-Qur’an memperkenalkan konsep kelurga sakinah, mawaddah, wa rahmah. Firman Allah SWT:
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَاجاً لِّتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُم مَّوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
Artinya: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (Q.S. ar-Rum/30: 21)

Menurut Salman Harun, kata sakinah dalam ayat di atas diungkapkan dalam rumusan li taskunu (agar kalian memperoleh sakinah) yang mengandung dua makna: kembali dan diam. Kata itu terdapat empat kali dalam al-Qur’an, tiga di antaranya membicakan malam. Pada umumnya, malam merupakan tempat kembalinya suami ke rumah untuk menemukan ketenangan bersama istrinya. Saat itu, akan tercipta ketenangan sehingga istri sebagai tempat memperoleh penyejuk jiwa dan raga. Sementara mawaddah adalah cinta untuk memiliki dengan segenap kelebihan dan kekuarangannya sehingga di antara suami istri saling melengkapi. Sedangkan rahmah berarti rasa cinta yang membuahkan pengabdian. Kata ini memiliki konotasi suci dan membuahkan bukti, yaitu pengabdian antara suami istri yang tidak kunjung habis. Ketiga istilah inilah yang menjadi ikon keluarga bahagia dalam Islam, yaitu adanya hubungan yang menyejukkan (sakinah), saling mengisi (mawaddah), dan saling mengabdi (rahmah) antara suami dan istri.

Dengan demikian, keluarga harus menciptakan suasana edukatif terhadap anggota keluarganya sehingga tarbiyah Islamiyah dapat terlaksana dan menghasilkan tujuan pendidikan sebagaimana yang diharapkan.

2. Lingkungan Sekolah

Sekolah atau dalam Islam sering disebut madrasah, merupakan lembaga pendidikan formal, juga menentukan membentuk kepribadian anak didik yang Islami. Bahkan sekolah bisa disebut sebagai lembaga pendidikan kedua yang berperan dalam mendidik peserta didik. Hal ini cukup beralasan, mengingat bahwa sekolah merupakan tempat khusus dalam menuntut berbagai ilmu pengetahuan.

Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati menyebutkan bahwa disebut sekolah bila mana dalam pendidikan tersebut diadakan di tempat tertentu, teratur, sistematis, mempunyai perpanjangan dan dalam kurun waktu tertentu, berlangsung mulai dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi, dan dilaksanakan berdasarkan aturan resmi yang telah ditetapkan.

Secara historis keberadaan sekolah merupakan perkembangan lebih lanjut dari keberadaan masjid. Sebab, proses pendidikan yang berlangsung di masjid pada periode awal terdapat pendidik, peserta didik, materi dan metode pembelajaran yang diterapkan sesuai dengan materi dan kondisi peserta didik. Hanya saja, dalam mengajarkan suatu materi, terkadang dibutuhkan tanya jawab, pertukaran pikiran, hingga dalam bentuk perdebatan sehingga metode seperti ini kurang serasi dengan ketenangan dan rasa keagungan yang harus ada pada sebagian pengunjung-pengunjung masjid.

Abuddin Nata menjelaskan bahwa di dalam al-Qur’an tidak ada satu pun kata yang secara langsung menunjukkan pada arti sekolah (madrasah). Akan tetapi sebagai akar dari kata madrasah, yaitu darasa di dalam al-Qur’an dijumpai sebanyak 6 kali. Kata-kata darasa tersebut mengandung pengertian yang bermacam-macam, di antaranya berarti mempelajari sesuatu (Q.S. 6: 105); mempelajari Taurat (Q.S. 7: 169); perintah agar mereka (ahli kitab) menyembah Allah lantaran mereka telah membaca al-Kitab (Q.S. 3: 79); pertanyaan kepada kaum Yahudi apakah mereka memiliki kitab yang dapat dipelajari (Q.S. 68: 37); informasi bahwa Allah tidak pernah memberikan kepada mereka suatu kitab yang mereka pelajari (baca) (Q.S. 34: 44); dan berisi informasi bahwa al-Quran ditujukan sebagai bacaan untuk semua orang (Q.S. 6: 165). Dari keterangan tersebut jelaslah bahwa kata-kata darasa yang merupakan akar kata dari madrasah terdapat dalam al-Qur’an. Hal ini membuktikan bahwa keberadaan madrasah (sekolah) sebagai tempat belajar atau lingkungan pendidikan sejalan dengan semangat al-Qur’an yang senantiasa menunjukkan kepada umat manusia agar mempelajari sesuatu.

Di Indonesia, lembaga pendidikan yang selalu diidentikkan dengan lembaga pendidikan Islam adalah pesantren, madrasah—Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs), dan Madrasah Aliyah (MA)—dan sekolah milik organisasi Islam dalam setiap jenis dan jenjang yang ada, termasuk perguruan tinggi seperti IAIN dan STAIN. Semua lembaga ini akan menjalankan proses pendidikan yang berdasarkan kepada konsep-konsep yang telah dibangun dalam sistem pendidikan Islam.

3. Lingkungan Masyarakat

Masyarakat sebagai lembaga pendidikan non formal, juga menjadi bagian penting dalam proses pendidikan, tetapi tidak mengikuti peraturan-peraturan yang tetap dan ketat. Masyarakat yang terdiri dari sekelompok atau beberapa individu yang beragam akan mempengaruhi pendidikan peserta didik yang tinggal di sekitarnya. Oleh karena itu, dalam pendidikan Islam, masyarakat memiliki tanggung jawab dalam mendidik generasi muda tersebut.

Menurut an-Nahlawi, tanggung jawab masyarakat terhadap pendidikan tersebut hendaknya melakukan beberapa hal, yaitu: pertama, menyadari bahwa Allah menjadikan masyarakat sebagai penyuruh kebaikan dan pelarang kemungkaran/amar ma’ruf nahi munkar (Qs. Ali Imran/3: 104); kedua, dalam masyarakat Islam seluruh anak-anak dianggap anak sendiri atau anak saudaranya sehingga di antara saling perhatian dalam mendidik anak-anak yang ada di lingkungan mereka sebagaimana mereka mendidik anak sendiri; ketiga, jika ada orang yang berbuat jahat, maka masyarakat turut menghadapinya dengan menegakkan hukum yang berlaku, termasuk adanya ancaman, hukuman, dan kekerasan lain dengan cara yang terdidik; keempat, masyarakat pun dapat melakukan pembinaan melalui pengisolasian, pemboikotan, atau pemutusan hubungan kemasyarakatan sebagaimana yang pernah dicontohkan oleh Nabi; dan kelima, pendidikan kemasyarakatan dapat dilakukan melalui kerja sama yang utuh karena masyarakat muslim adalah masyarakat yang padu.

Ibn Qayyim mengemukakan istilah tarbiyah ijtimaiyah atau pendidikan kemasyarakatan. Menurutnya tarbiyah ijtimaiyah yang membangun adalah yang mampu menghasilkan individu masyarakat yang saling mencintai sebagian dengan sebagian yang lainnya, dan saling mendoakan walaupun mereka berjauhan. Antara anggota masyarakat harus menjalin persaudaraan. Dalam hal ini, ia mengingatkan dengan perkataan hikmah “orang yang cerdik ialah yang setiap harinya mendapatkan teman dan orang yang dungu ialah yang setiap harinya kehilangan teman”.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat sebagai lingkungan pendidikan yang lebih luas turut berperan dalam terselenggaranya proses pendidikan. Setiap individu sebagai anggota dari masyarakat tersebut harus bertanggung jawab dalam menciptakan suasana yang nyaman dan mendukung. Oleh karena itu, dalam pendidikan anak pun, umat Islam dituntut untuk memilih lingkungan yang mendukung pendidikan anak dan menghindari masyarakat yang buruk. Sebab, ketika anak atau peserta didik berada di lingkungan masyarakat yang kurang baik, maka perkembangan kepribadian anak tersebut akan bermasalah. Dalam kaitannya dengan lingkungan keluarga, orang tua harus memilih lingkungan masyarakat yang sehat dan cocok sebagai tempat tinggal orang tua beserta anaknya. Begitu pula sekolah atau madrasah sebagai lembaga pendidikan formal, juga perlu memilih lingkungan yang mendukung dari masyarakat setempat dan memungkinkan terselenggaranya pendidikan tersebut.

Berpijak dari tanggung jawab tersebut, maka dalam masyarakat yang baik bisa melahirkan berbagai bentuk pendidikan kemasyarakatan, seperti masjid, surau, Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA), wirid remaja, kursus-kursus keislaman, pembinaan rohani, dan sebagainya. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat telah memberikan kontribusi dalam pendidikan yang ada di sekitarnya.

Mengingat pentingnya peran masyarakat sebagai lingkungan pendidikan, maka setiap individu sebagai anggota masyarakat harus menciptakan suasana yang nyaman demi keberlangsungan proses pendidikan yang terjadi di dalamnya. Di Indonesia sendiri dikenal adanya konsep pendidikan berbasis masyarakat (community basid education) sebagai upaya untuk memberdayakan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan. Meskipun konsep ini lebih sering dikaitkan dengan penyelenggaraan lembaga pendidikan formal (sekolah), akan tetapi dengan konsep ini menunjukkan bahwa kepedulian masyarakat sangat dibutuhkan serta keberadaannya sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan pendidikan di suatu lembaga pendidikan formal.

4. Rekomendasi

Untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas, maka ketiga lembaga atau lingkungan pendidikan di atas perlu bekerja sama secara harmonis. Orang tua di tingkat keluarga harus memperhatikan pendidikan anak-anaknya, terutama dalam aspek keteladanan dan pembiasaan serta penanaman nilai-nilai. Orang tua juga harus menyadari tanggung jawabnya dalam mendidik anak-anaknya tidak sebatas taat beribadah kepada Allah semata, seperti shalat, puasa, dan ibadah-ibadah khusus lainnya, akan tetapi orang tua juga memperhatikan pendidikan bagi anaknya sesuai dengan tujuan pendidikan yang ada dalam Islam. Termasuk di antaranya mempersiapkan anaknya memiliki kemampuan/keahlian sehingga ia dapat menjalankan hidupnya sebagai hamba Allah sekaligus sebagai khalifah fil ardhi serta menemukan kebahagiaan yang hakiki, dunia akhirat. Selain itu, orang tua juga dituntut untuk mempersiapkan anaknya sebagai anggota masyarakat yang baik, sebab, masyarakat yang baik berasal dari individu-individu yang baik sebagai anggota dari suatu komunitas masyarakat itu sendiri. Mengenai hal ini, Allah SWT juga telah menegaskan:
إِنَّ اللّهَ لاَ يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنْفُسِهِمْ
Artinya: Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (Q.S. ar-Ra’du/13: 11)

Menyadari besarnya tanggung jawab orang tua dalam pendidikan anak, maka orang tua juga seyogyanya bekerja sama dengan sekolah atau madrasah sebagai lingkungan pendidikan formal untuk membantu pendidikan anak tersebut. Dalam hubungannya dengan sekolah, orang tua mesti berkoordinasi dengan baik dengan sekolah tersebut, bukan malah menyerahkan begitu saja kepada sekolah. Sebaliknya, pihak sekolah juga menyadari bahwa peserta didik yang ia didik merupakan amanah dari orang tua mereka sehingga bantuan dan keterlibatan orang tua sangat dibutuhkan. Kemudian sekolah juga harus mampu memberdayakan masyarakat seoptimal mungkin, dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan yang diterapkan.

Begitu pula masyarakat pada umumnya, harus menyadari pentingnya penyelenggaraan pendidikan yang dimulai dari tingkat keluarga hingga kepada sekolah serta lembaga-lembaga pendidikan non formal lainnya dalam upaya pencerdasan umat. Sebab antara pendidikan dengan peradaban yang dihasilkan suatu masyarakat memiliki korelasi positif, semakin berpendididikan suatu masyarakat maka semakin tinggi pula peradaban yang ia hasilkan; demikian sebaliknya.

Jadi, dibutuhkan pendidikan terpadu antara ketiga lingkungan pendidikan tersebut. Dengan keterpaduan ketiganya diharapkan pendidikan yang dilaksanakan mampu mewujudkan tujuan yang diinginkan. Pendidikan terpadu seperti inilah yang diinginkan dalam perspektif pendidikan Islam. Bahkan prinsip integral (terpadu) menjadi salah satu prinsip dalam sistem pendidikan Islam. Prinsip ini tentu tidak hanya keterpaduan antara dunia dan akhirat, individu dan masyarakat, atau jasmani dan rohani; akan tetapi keterpaduan antara lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat juga termasuk di dalamnya.

D. Penutup

Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa lingkungan pendidikan sangat berperan dalam penyelenggaraan pendidikan Islam, sebab lingkungan yang juga dikenal dengan institusi itu merupakan tempat terjadinya proses pendidikan. Secara umum lingkungan tersebut dapat dilihat dari tiga hal, yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Keluarga yang ideal dalam perspektif Islam adalah keluarga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah. Profil keluarga semacam ini sangat diperlukan pembentukannya sehingga ia mampu mendidik anak-anaknya sesuai dengan prinsip-prinsip ajaran Islam. Kemudian orang tua harus menyadari pentingnya sekolah dalam mendidik anaknya secara profesional sehingga orang tua harus memilih pula sekolah yang baik dan turut berpartisipasi dalam peningkatan sekolah tersebut.

Sementara sekolah atau madrasah juga berperan penting dalam proses pendidikan. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal yang pada hakikatnya sebagai institusi yang menyandang amanah dari orang tua dan masyarakat, harus menyelenggarakan pendidikan yang profersional sesuai dengan prinsip-prinsip dan karakteristik pendidikan Islam. Sekolah harus mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan dan keahlian bagi peserta didiknya sesuai dengan kemampuan peserta didik itu sendiri.

Begitu pula masyarakat, dituntut perannya dalam menciptakan tatanan masyarakat yang nyaman dan peduli terhadap pendidikan. Masyarakat diharapkan terlibat aktif dalam peningkatan kualitas pendidikan yang ada di sekitarnya. Selanjutnya, ketiga lingkungan pendidikan tersebut harus saling bekerja sama secara harmonis sehingga terbentuklah pendidikan terpadu yang diikat dengan ajaran Islam. Dengan keterpaduan seperti itu, diharapkan amar ma’ruf nahi munkar dalam komunitas masyarakat tersebut dapat ditegakkan sehingga terwujudlah masyarakat yang diberkahi dan tatanan masyarakat yang baldatun tayyibatun wa rabbun ghafur.

BIBLIOGRAFI

Ahmadi, Abu dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Rineka Cipta, 1991

Arifin, H. M., Ilmu Pendidikan Islam; Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, Jakarta: Bumi Aksara, 1991

Daradjat, Zakiah, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1992

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Semarang: Toha Putra, 1999

Depdiknas, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Harun, Salman, Mutiara al-Qur’an; Aktualisasi Pesan al-Qur’an dalam Kehidupan, Jakarta: Kaldera, 1999

al-Hijazy, Hasan bin Ali Hasan, Manhaj Tarbiyah Ibnu Qayyim, Penj. Muzaidi Hasbullah, Jakaeta: Pustaka al-Kautsar, 2001

an-Nahlawi, Abdurrahman, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat, Penj. Shihabuddin,(Jakarta: Gema Insani Press, 1995

Nata, Abuddin, Filsafat Pendidikan Islam,(Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta: Kalam Mulia, 2002

Mengenal Manusia Belajar, Memori, dan Pemahaman

Oleh: Riwayat Attubani

Alumin Pasca IAIN IB Padang-A. Pendahuluan

Manusia merupakan makhluk Allah yang mempunyai kelebihan di bandingkan dengan makhluk Allah lainnya. Di antara kelebihan tersebut adalah di berikannya manusia akal, dengan akal tersebut mansuia dapat mencapai kemuliaan. Untuk meningkatkan daya akal dan kecerdasan manusia membutuhkan pendidikan. Pendidikan adalah sarana penting untuk mewujudkan mansuia yang cerdas, terampil dan mempunyai kahlak yang mulia.

Pendidikan tidak akan lepas dengan proses pembelajaran. Pembelajaran merupakan sarana ampuh dalam rangka menumbuhkan manusia pembelajar. Dengan demikian belajar merupakan langkah awal dan penting bagi manusia untuk mengasah otak dan pikirannya. Di sisi lain belajar merupakan aktifitas dalam pendidikan, yanga akatiftas tersebut merupakan sebuah proses ntuk mengetahui, memahami dan akhirnya menerapkan berbagai informasi yang dterima selama proses pembelajaran.

Manusia belajar, mengingat, dan berpikir, mereka juga merencanakan, memecahkan permasalahan dan menggunaan bahasa. Mungkin kebanyakan keistimewaan yang menarik dari tingkah laku manusia adalah bahwa kita belajar untuk merubah tingkah laku kita ketika berhadapan dengan situasi baru. Kepentingan yang sama adalah kita telah belajar untuk memperluas dalam situasi baru, pada dasar sebelum belajar dan pengembangan konsep dan strategi meniru peristiwa yang akan terjadi dan yang akan datang. Ini fleksibel, karakter yang sesuai dari tingkah laku manusia yang terdiri dari perbedaan yang fundamental pemahaman terhadap tingkah laku.

Belajar berperan penting dalam psikologi kontemporer. Kebanyakan tingkah laku manusia dapat dikatakan mempengaruhi belajar, khususnya pada akhir masa dewasa. Pada waktu proses kelahiran bayi, hanya sedikit dasar-dasar yang dipelajari seperti tanggapan menangis, makan, dan penggantian, bahkan tanggapan ini dapat dirobah melalui proses belajar, sebagai contoh; anak-anak menginginkan makan pada waktu-waktu tertentu dan tidak pada waktu yang lain, dia kadang-kadang belajar bahwa menangis kadang mungkin atau tidak mungkin diperhatikan orang tua mereka, tergantung keadaan; dan ia akhirnya menjadi terlatih.

Kebanyakan yang penting dalam belajar itu adalah bahasa. Bahasa adalah alat untuk berfikir, pemecahan masalah dan banyak kegiatan simbol lainnya. Penggabungan pengetahuan dan keterampilan tergantung pada penggunaan bahasa, sebenarnya kemampuan berbahasa memungkinkan untuk mencerminkan masa depan, memfasilitasi pelajaran kita tentang konsep dan prinsip dan memungkinkan terhadap komunikasi yang efektif. Pentingnya pelajaran dicerminkan dalam ruang lingkup dan perluasan sebagaimana kelihatan dalam pengaruhnya pada topik-topik lain dalam spikologi.Sebagai contoh, pribadi dan sikap seseorang adalah produk dari suatu belajar sejarah yang luas. seperti itu, psikologi tingkah laku mempelajari sesuatu yang bersifat sosial, sesungguhnya, belajar yang berhasil adalah adalah belajar proses. dengan cara yang sama, kamu belajar menginterpretasikan peristiwa di dunia di dalam jalan individu atau, sebagai alternatif, dengan cara-cara yang khas untuk kultur tertentu atau sebagai pengalaman tertentu. Suka dan tidak suka, Prasangka, Pendapat, menilai, semua mencerminkan gaya hidup tertentu, lingkungan merupakan sarana pembelajaran. Lebih dari itu, ketrampilan di dalam mengorganisir dan mengingat peristiwa, pemecahan masalah dan pemikiran, dan di (dalam) menjeneralisasikan ke situasi baru adalah bagian besar cara yang ditempuh untuk mempelajari, menjawab tugas yang menuntut memori, pemecahan masalah, pemikiran, dan perubahan.

Permasalahan lebih komplit seperti sakit jiwa dan kejahatan dapat di dipahami sebagai hasil dari hasil sejarah belajar individu. Telah disepakati secara luas bahwa banyak kelainan tingkahlaku dipahami sebagai hasi belajar dimana pengaruh saraf otak atau kimiawi tubuh telah dikenal pada saat ini saja. Hanya sebanyak yang kita pelajarilah yang dapat efektif dalam proses peniruan terhadap lingkungan dan masalah pribadi, yang lain belajar dalam fungsi yang tidak tepat, cara yang kurang efektif dalm meniru peristiwa sehari-hari.

Sebenarnya beberapa bentuk prosedur kerja terapi (pengobatan) berasal dari prinsip-pinsip belajar dengan anggapan terapi adalah bentuk belajar sendiri. Akhirnya, banyak usaha dalam mengembangkan kualitas pendidikan adalah berdasarkan fakta-fakta pengetahuan tentang prinsip belajar. Sebagai perluasan bahwa yang kondisi-kondisi mempengaruhi belajar dan prinsip-prinsip belajar yang dipahami, guru sebaiknya dapat membawa perubahan dalam praktek pendidikan secara lansung menuju belajar yang efektif tentang pengetahuan dan keterampilan. Pada dekade yang lalu pertumbuhan teknologi belajar secara cepat telah dikembangkan secara luas dari ekstensi dan aplikasi pribadi yang penting, teknologi ini telah direfleksikan, sebagai contoh dalam pengembangan seperti program belajar, instruksi berbasis computer, dan instruksi pribadi, menghadirkan usaha sistematis untuk menerapkan pengetahuan tentang psikologi belajar untuk menekan permasalahan pendidikan. Studi tentang human learning tidak memisahkan atau membatasi kigiatan, tapi melibatkan usaha serius dengan beberapa masalah praktis yang penting dalam kehidupan sehari-hari.

B. Arti Penting Belajar Bagi Manusia

Dalam kehidupan sehari-hari, kita melakukan kegiatan yang, sebenarnya, merupakan, “gejala belajar”, dalam arti mustahillah melakukan kegiatan itu, kalau kita tidak belajar terlebih dahulu. Misalnya kita mengenakan pakaian, kita makan dengan menggunakan alat-alat makan, kita berkomunikasi satu sama lain dalam bahasa nasional, kita bertindak sopan, kita mengemudikan kendaraan bermotor dan sebagainya. Jadi apa yang menjadikan semua kegiatan itu suatu gejala belajar. Kemampuan untuk melakukan itu semua diperoleh, mengingat mula-mula kemampuan itu belum ada, maka terjadilah proses perubahan dari belum mampu kearah sudah mampu, dan proses perubahan itu terjadi selama jangka waktu tertentu.[1]

Belajar merupakan kegiatan mental yang tidak dapat disaksikan dari luar. Apa yang sedang terjadi dalam diri seorang yang sedang belajar, tidak dapat diketahui secara langsung hanya mengamati orang itu. Bahkan, hasil belajar orang itu tidak langsung kelihatan, tampa orang itu melakukan sesuatu yang menampakkan kemampuan yang telah diperoleh melalui belajar. Jadi yang dikatakan dengan belajar itu adalah “suatu aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas”[2]

C. Ruang Lingkup Manusia belajar dan Pemahaman

Para pakar sepakat bahwa hubungan antara belajar, memori dan pemahaman sangat erat, sehingga satu dengan lainnya tidak dapat berdiri sendiri. Memori biasanya disebut juga dengan ingatan, tetapi menurut Muhibbin Syah memori adalah fungsi mental yang menangkap informasi dari stimulus, dan merupakan storage system, yaitu sistem penyimpanan informasi dan pengetahuan yang ada dalam otak manusia.

Sebagai topik dalam psikologi belajar, manusia belajar hanya menunjukkan situasi kelas situasi penyesalan yang luas dan melibatkan manusia. perasaan lebih besar studi manusia belajar melibatkan jangkauan luas

topik dari kondisi simple menuju ke proses kompleks dalam memecahkan masalah. terutama pada proses yang melibatkan tentang transfer ketrampilan dan pengetahuan. sebagai contoh, ketrampilan lisan seperti bahasa ia akan suatu kejadian manusia belajar. Dengan cara yang sama, pelajaran untuk mengemudi, untuk membaca, atau untuk menjadi ahli, dalam beberapa atletik ketrampilan juga membutuhkan manusia belajar. sedikit banyaknya tingkatan lebih terbatas, istilah pelajaran kadang-kadang mengacu pada belajar situasi dan prinsip karakteristik manusia, menyediakan satu basis untuk membedakan prinsip manusia belajar dan prinsip belajar dari binatang.

Bagaimanapun, karakter yang terintegrasi terpelajar dan keadaan umum tentang prinsipnya . perbedaan antara pelajaran dan pengamatan adalah untuk beberapa klien sewenang-wenang. tidak secara langsung melihat proses manusia. Dengan begitu mempertajam " kebebasan" dan " keadilan," pencarian suatu solusi masalah, dan penggunaan strategi di lingkungan permainan dikatakan sebagai kejadian proses teori, sebab mereka melibatkan mental atau proses simbolis pada pihak pelajar. Pengamatan berarti pengetahuan; seperti itu " psikologi teori" mempunyai kaitan dengan bagaimana manusia memperoleh, menyimpan, dan menggunakan pengetahuan.

Hal ini, secara khas mengacu pada kelas proses yang menyertakan aktivitas pemikiran, memberi alasan, mengetahui, memecahkan masalah, dan lebih umum lagi, acuan ke proses teori, duduk di suatu ruang gelap penuh dengan bau-harum dan mendengarkan musik eksotis lama. mereka berada di lingkungan yang merokok ganja. Dalam hal demikian pengalaman,individu dalam kendali rokok tanpa sepengetahuan bahwa mereka tidak berisi apapun ganja. penemuan tersebut menunjuk peran stimulus mempengaruhi cara bereaksi ke peristiwa. Dalam suatu pembuluh darah serupa, perubahan tingkah laku yang diakibatkan oleh waktu menjadi masak tidaklah dapat dihubungkan dengan proses terpelajar karena maturational perubahan menjadi layu terjadi, di samping kondisi-kondisi praktek khusus.

D. Definisi Memori

Menurut Bruno memori adalah proses mental yang meliputi pengkodean, penyimpanan, dan pemanggilan kembali informasi dan pengetahuan yang semuanya terpusat dalam otak.[3] Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa memori adalah sebuah proses kerja otak, yang kesemua itu tidak boleh lepas antara satu proses ke proses yang lain. Jika proses tersebut tidak lengkap sesuai kerja otak maka akan terjadi kesalahan dalam pemanggilan kembali infromasi yang telah tersimpan daam otak.

Informasi yang didapat menggunakan atau menerapkan pada beberapa waktu kemudiannya. jika informasi digunakan harus disimpan dan dapat diakses jika diperlukan. Seperti itu ,memori menunjukkan . tetapi kita akan menetapkan definisi basis dasar di sini. Menkode mengacu pada mengatur informasi sedemikian rupa sehingga ditempatkan pada penyimpanan yaitu otak. proses mengkode informasi seperti pemilihan corak tertentu untuk penyimpanan. Sebagai contoh,ketika seseorang membaca suatu buku dan ia tidak ingat kata-kata itu, melainkan mencoba untuk mendapat/kan intisari gagasan utama yang telah ditandainya. Penyimpanan mengacu pada penyimpanan informasi didalam sistem memori. Fakta bahwa seseorang dapat ingat informasi berhari-hari, minggu, atau tahun membuktikan bahwa informasi itu adalah tersimpan dengan baik, mengacu pada proses yang dapat mendorong kearah ingatan yang kurang baik.Informasi mungkin disimpan dalam memori, menyimpan dalam memori ibarat menyimpan dalam kain kasa yang tidak terjamin informasi tersebut terus ada.

Setiap informasi yang diterima seseorang sebelum masuk dan diproses oleh subsistem akal pendek terlebih dahulu disimpan sesaat dalam tempat penyimpanan sementara disebut sensori memori atau disebut juga dengan memori pendaftaran, yang merupakan subsistem penyimpanan pada syaraf indera penerima informasi.[4]

Psikolog berargumentasi bahwa belajar adalah suatu asosiasi antara stimulasi diri sendiri. Gagasan adalah bahwa suatu stimulus. Stimulus merupakan terjadi Inti sari belajar .

E. Cara Praktis Tingkatkan Memori Otak

Ada seseorang yang upa meletakkan kunci, kemudiania berusaha keras mengingatnya, tapi tetap saja lupa. Ingatan atau memori di mana kunci diletakkan tak kunjung muncul. Jika peristiwa itu sering terulang, jangan dulu risau. Belum tentu ia pikun, meskipun usianya mulai lanjut. Berdasar hasil riset, berapa pun usia seseorang kemampuan otak belum terlambat untuk ditingkatkan.

Asalkan mengetahui bagaimana cara kerja otak. Riset terbaru American College of Neuropsychopharmacology's Annual Meeting menjelaskan bahwa orang tua di Amerika dapat meningkatkan kemampuan memorinya dengan mengubah sedikit cara hidup mereka. Yaitu dengan melatih memori, berolahraga, makan makanan sehat, dan mengurangi tingkat stres. Menurut Gary Small, MD, guru besar ilmu psikiatri University of California Los Angeles, melakukan memory exercise dan mengurangi stres secara rutin dapat meningkatkan kemampuan memori seseorang.

Ditambah diet sehat dan olahraga rutin. Kesimpulan ini berdasarkan riset dalam rentang waktu 14 hari, dengan melibatkan beberapa sukarelawan. Para peserta dipantau peningkatan memorinya dengan melakukan empat cara. Pertama, latihan otak: mereka melakukan olahraga otak dengan permainan puzzle selama sehari untuk merangsang otak. Kedua, diet sehat: mereka makan lima kali sehari, dengan diet seimbang, tinggi lemak Omega-3.

Kemudian mengonsumsi lima makanan kecil sehari untuk mengatur kadar glukosa dalam darah, yang merupakan sumber energi utama bagi otak. Ketiga, olahraga fisik: berjalan cepat dan melakukan peregangan setiap hari untuk meningkatkan kesehatan fisik. Keempat, penurunan stres: melakukan peregangan dan relaksasi untuk mengatur stres. Sebab stres menyebabkan tubuh melepaskan kortisol. Zat ini dapat merusak pusat memori di otak. Masing-masing peserta dites fungsi otaknya sebelum dan setelah 14 hari penelitian, menggunakan positron emission tomography (PET) scan. Hasilnya, ada peningkatan memori. Hal ini terlihat dengan adanya penurunan 5% metabolisme otak pada regio dorsal lateral prefrontal di otak. Artinya, kerja memori dan fungsi kognitif otak mereka lebih efisien. Apakah pertambahan usia menyebabkan kerusakan memori? Pada usia tua, manusia kehilangan sekitar 40% neuron dalam otak. Selama ini diyakini, itulah penyebab menurunnya kapasitas otak untuk menerima, menyimpan, mengolah, dan mengeluarkan informasi.

Tapi, menurut Dr. Albert dari Univesitas Harvard, bukan sel-sel otak atau neuron yang menentukan fungsi intelektual otak, melainkan korteks --tempat memori dan berpikir. Riset tentang kerusakan otak pernah dilakukan Dr. Peter Davies, Direktur Penelitian Otak Penderita Alzheimer di Albert Einstein College of Medicine, New York. Menurut dia, otak yang sehat tetap berfungsi sangat baik sampai hari tua. Anjloknya kemampuan otak disebabkan penyakit, seperti diabetes, arteri karotid yang menebal, tekanan darah sistolik yang tinggi, dan stadium awal alzheimer.

Sebuah studi menemukan kelainan sel-sel otak mengecil bila kebanyakan alkohol, demikian pula dengan alzheimer. Studi di Universitas California menunjukkan bahwa orang-orang yang mengalami sleep apnea menunjukkan kehilangan jaringan di daerah otak yang membantu mempertahankan memori. Menurut peneliti utama Ronald Harper, seorang profesor neurobiologi di David Geffen School of Medicine UCLA, temuan mereka mengenai gangguan tidur dapat mengarah pada kerusakan otak serius yang mengganggu memori dan pikiran.

Penderita sleep apnea berhenti bernapas dan sering bangun saat tidur malam, yang mengarah pada kelelahan kronik dan masalah ingatan dan konsentrasi. Penelitian telah menghubungkan sleep apnea dengan peningkatan risiko stroke, penyakit jantung dan diabetes. Di dalam studi ini, tim UCLA menggunakan MRI untuk memindai otak penderita sleep apnea. Para peneliti fokus pda struktur otak yang disebut badan mamiliari, terletak di bagian dalam otak. Studi ini menemukan bahwa badan mamiliari dari 43 pasien penderita sleep apnea kebanyakan 20% lebih kecil daripada mereka yang 66 tahun tanpa sleep apnea. hasil ini dipublikasikan di dalam Neuroscience Letter edisi 27 Juni 2008.

Menurut Harper, penurunan oksigen berulang yang dialami penderita dapat mengarah pada kerusakan otak. Kekurangan oksigen selama episode sleep apnea dapat menyebabkan kematian sel-sel otak. Penurunan ukuran badan mamiliari menjelaskan bahwa badan ini mengalami kejadian buruk yang menyebabkan ukuran sel menurun. Fakta bahwa masalah memori pasien terus berlanjut walaupun ditangani gangguan tidurnya menunjukkan kerusakan otak jangka panjang.

Menurut Rajesh Kumar, seorang asisten peneliti neurobiologi, temuan ini penting karena pasien yang menderita penurunan memori dari sindroma lain seperti ketergantungan alkohol dan penyakit alzheimer, juga menunjukkan penciutan badan mamiliari. Dokter yang menangani penurunan memori pada pasien-pasien alkoholik dengan pasien dengan tiamin (vitamin B1) dalam jumlah besar. Para dokter mengira dosis besar membantu dinding-dinding sel untuk pulih, membuat otak dapat digunakan kembali.

Penjelasan lain, kerusakan otak adalah akibat proses oksidasi. Tiap sel punya ribuan pabrik energi, yang disebut mitokondria. Untuk menghasilkan energi, mitokondria membakar oksigen. Limbah pembakaran itu adalah radikal bebas. Radikal ini ternyata merusak tembok mitokondria dan racunnya menembus ke dalam sel, sehingga mempercepat penuaan. Kerusakan akibat radikal bebas itu menumpuk sehingga produksi energi menurun. Nah, ketika radikal bebas menyerang sel saraf, dendrit mengerut dan sinapsis menghilang. Akibatnya, berkuranglah kemampuan komunikasi sel.

Pada otak, radikal bebas dapat menghancurkan neuron dan berujung penyakit pikun, alzheimer. Radikal bebas juga bisa masuk ke dalam tubuh melalui makanan, terutama yang berlemak, asap rokok, dan pencemaran udara. Tapi Tuhan Maha adil. Radikal bebas bisa dihancurkan oleh antioksidan. Sumbernya adalah vitamin E, vitamin C, glutathion, koenzim Q 10, dan asam lipoik. Contoh buah-buahan dan sayuran yang kaya antioksidan adalah prem, bayam, kismis, bawang, dan tomat. Lemak yang berasal dari ikan --disebut Omega-3-- merupakan makanan paling ampuh untuk membentuk kecerdasan otak. Peradaban-peradaban besar tumbuh di daerah tepian Sungai Nil, Tibet, Eufrat, Gangga, dan Yangtze Kiang, karena mereka biasa makan ikan. Kenapa bangsa Eskimo langka terserang penyakit berat, seperti jantung koroner dan diabetes mellitus? karena mereka biasa makan ikan laut.

Tapi, orang yang biasa makan ikan (Omega-3) jangan terlalu bangga. Bisa jadi mereka juga banyak mengonsumsi asal lemak Omega-6, seperti jagung, kedelai, sereal, telur, dan minyak goreng. Makanan ini sebenarnya berfaedah untuk mengatur peradangan, tekanan darah, ginjal, dan fungsi jantung. Tapi perbandingannya harus ideal: Omega-6 dan Omega-3 adalah 1:1. Kelebihan Omega-6 bisa mengakibatkan peradangan pada jaringan sel otak. Padahal, masyarakat kota lebih suka makanan cepat saji yang mengandung Omega-6. Karena itu, perbanyaklah makan Omega-3, seperti ikan salmon, tuna, makarel, minyak canola, minyak zaitun, dan sayuran hijau. Air susu ibu 30 kali lebih banyak Omega-3-nya ketimbang pada susu sapi.

Faedahnya, bisa menurunkan risiko penyakit jantung, tekanan darah, dan gangguan emosional. Sebaliknya, kekurangan Omega-3 berakibat sejumlah gangguan mental, seperti depresi, ingatan yang jelek, kecerdasan rendah, skizofrenia, dan pikun. Pisang adalah makanan murah meriah untuk otak. Aktivitas otak butuh energi berupa glukosa. Pasokan energi dari pisang lebih lambat ketimbang gula pasir dan sirup, tapi lebih cepat dari nasi, biskuit, dan roti.

Selain itu, pisang mengandung vitamin B6, yang berfungsi sebagai koenzim untuk metabolisme protein serotonin, yang diyakini sebagai neurotransmiter efektif untuk fungsi otak. Serotonin mempengaruhi hampir semua aspek dalam kehidupan otak, seperti membentuk mood, meningkatkan memori, dan melindungi sel otak dari proses penghancuran neuron. Serotonin tak hanya dipasok dari makanan, seperti cokelat dan minyak ikan, juga dari olahraga. Beberapa kalangan menyakini, olahraga tenaga dalam bisa mendeteksi kerusakan sel dan menormalkannya kembali. Sebab, dalam olahraga napas ini, produksi sel tubuh bisa meningkat, baik dalam otak maupun organ tubuh yang lain.

Beberapa tips untuk memperkuat memori otak: Latihlah mental, misalnya dengan menggunakan teknik puzzle dan teka-teki.Latihan fisik (olahraga) tiga kali seminggu. Joging atau lari-lari kecil merupakan olahraga efektif untuk otak. Utamakan ikan, daging unggas tanpa kulit, dan daging tidak berlemak. Batasi kuning telur, daging berlemak, dan makanan yang digoreng. Diet rendah kalori. Gunakah karbohidrat yang terdapat dalam sereal, gandung, sayuran, dan buah-buahan. Minumlah teh atau kopi paling tidak secangkir sehari. Gunakan multivitamin sesuai petunjuk dokter, dan pakailah suplemen yang memacu kinerja otak. Biasakah rileks dan hindari stres. Dengarkan musik berirama barok atau klasik. Jalankan ibadah secara khusyuk.[5]

F. Arti Penting Memori dan Pengetahuan

Bagaiaman pandangan Isam terhadap beajar, memori dan pengetahuan/pemahaman? Jika dicermati lebih jauh Islam tidak secara khusus dan spesifik. Tentang proses belajar, proses kerja memori, tetapi yang jelas islam komit dengan perkembangan pengetahuan, Islam ikut serta dalam upaya mendorong manusia untuk meningkatkan daya akal, pengetahuan. Hal ini dapat dicermati dengan kata khusus yang berhubungan dengan motivasi untuk belajar dan pengoptimalan fungsi otak, seperti ya’qilun, yatafakkarun, yubshrun, yasma’un. Semua kosakata tersebut disinggung daam Al-Quran, merupakan bukti penting dalam dalam penggunaan ranah cipta, karsa manusia untuk meraih pengetahuan. Yusuf Qardhawi sebagaimana dikutip oleh Muhibbin Syah menyatakan bahwa akidah Isam berdasarkan ilmu pengetahuan, bukan berdasarkan penyerahan yang membabi buta, hal ini dapat dicermati dari firman Allah,” Maka ketahuilah, bahwa Sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, Tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal. (QS. Muhammad: 19).

G. Otak Manusia dan Pembelajaran

Sebagaimana telah dibahas sebelumnya bahwa proses diterimanya informasi keterampilan semua tersimpan daam memori. Sedangkan memori tersebut berada daam otak manusia. Otak menurut Grisewood ada substansi materi yang berwarna abu-abu yang teretak di dalam batok kepala yang secara umum berfungsi sebagai pengendai gerak dan kerja organ fisik. Baik kerja jasmaniah dan kerja rohaniah.[6] Otak manusia terbagi dalam beberapa bagian. Secara umum otak terdiri dari dua bagian besar, yaitu bagian atas yang disebut kortek, dan bagian bawah disebut medulla. Otak atas hanya dimiliki oleh manusia sedangkan otak bawah dimiliki makhuk lain dan juga manusia, seperti kera, kucing, dan lainnya. Otak atas bersifat dinamis, dan itu hanya dimiliki oleh manusia, sedangkan otak bawah bersifat statis dimiliki oleh selain manusia.

Kendatipun otak bawah bersifat statis, tetapi otak bawah mempunyai fungsi dasar yang penting bagi manusia,[7] yaitu:,

a. Medulla berfungsi mengendalikan pernafasan, penelanan, pencernaan, dan detak jantung.

b. Cerebellum, berfungsi mengkoordinasi berbagai gerakan organ jasmani dan reflek-reflek.

c. Thalamus, berfungsi sebagai stasiun penyambung informasi motor(gerakan Jasmani) informasi sensori(hasil penginderaan mata, telinga, dan indera lainnya) dari sub-sub bagian otak bawah ke otak atas(cotex).

d. Hypothalamus, berfungsi mengatur ekspresi-ekspresi yang berasal dari Dorongan-dorongan dasar seperti rasa haus, lapar dan seksual.

Memori otak manusia kerjanya mirip dengan memori komputer. Pada komputer, memorinya disebut RAM (Random Access Memory) berfungsi merekam, memelihara dan memanfaatkan informasi baru. Pada manusia, fungsinya lebih luas lagi mencakup perbendaharaan kata, pengetahuan bahasa, semua informasi yang telah kita pelajari, pengalaman hidup pribadi, segala kemahiran yang telah dipelajari dari mulai berjalan, berbicara hingga prrestasi musik dan olahraga. Para ahli membagi memori otak manusia menjadi dua yaitu memori jangka pendek (short term memory) dan memori jangka panjang (long term memory).

Memori jangka pendek adalah memori yang cepat diingat, cepat lupa dan kapasitasnya terbatas, sedangkan memori jangka panjang adalah memori yang lambat dilupakan dan kapasitasnya tidak terbatas. Memori jangka panjang dibagi menjadi dua yaitu memori deklaratif (eksplisit) dan memori non deklaratif (implisit/prosedural). Memori deklaratif/eksplisit adalah memori yang dimaksud seperti kebanyakan orang dengan memori. Memori deklaratif/eksplisit disimpan di dalam korteks serebral tepatnya di hipokampus. Memori deklaratif/eksplisit dibagi lagi menjadi dua, yaitu memori episodik dan memori semantik. Memori episodik adalah memori tentang pengalaman-pengalaman anda sendiri yang biasanya berhubungan dengan riwayat hidup. Memori semantik berisikan jumlah total pengetahuan yang anda miliki seperti perbendaharaan kata, pemahaman matematika dan segala fakta yang kita ketahui. Memori non deklaratif/implisit/prosedural berisikan antara lain kemahiran, kategori, hubungan dasar dan keterbiasaan (classical conditioning).[8]

H. Arti Penting Belajar Bagi Manusia

Perubahan adaah makna penting dana menjadi uh daam belajar, jika beajar tidak ada perubahan maka ha tersebut bukan dikatakan belajar. Kemampuan untuk berubah merupakan wujud dari keinginan manusia untuk belajar. Manusia dapat mengubah kehidupannya dengan belajar. Belajar merupakan sarana untuk mengubah diri, tidak hanya itu dengan belajar dimungkinkan manusia mampu mengubah ingkungan di tempat ia tinggal.

Dengan adanya belajar manusia mampu mengeporasi dirinya ebih maksimal.

Dengan demikian dapat diambil pemikiran bahwa kualitas manusia dipengaruhi oleh bagaimana ia belajar. Tinggi rendahnya kualitas perkembangan manusia dipengaruhi oeh hasil belajarnya. Meskipun tidak seluruhnya, tetapi ada kontribusi manusia dalam meningkatkan kualitas dirinya. Bahkan daam Al-Quran dinyatakan bahwa Allah tidak akan mengubah nasib seseorang sebeum ia mengubah dirinya sendiri,”bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (QS. Ar-Ra’du:11).

Dengan demikian makin jelas bahwa pendidikan akan mampu mengubah keadaan seseorang, daam kontek usaha, doa dan tawakkal, dan akhir dari beajar itu adaah kehendak Allah untuk mengubah atau tidak mengubah perkembangan dan kemampuan manusia itu sendiri. Manusia yang belajar akan memberi pengaruh terhadap peradaban yang ada di sekitar masyarakat dan bangsanya, masadepan akan bergantung kepada manusia pembejar.semakin baik dan berkualitas tingkat pembelajarannya, akan makin baik dan bermutu peradaban yang mereka hasilkan. E.L. Thorndike pakar teori S-R Bond menyatakan, jika kemampuan belajar manusia dikurangi setengahnya, maka peradaban yang ada saat ini tidak akan bermanfaat bagi generasi mendatang, bahkan peradaban itu dimungkinkan akan lenyap.[9] Dari pendapat tersebut memberi kesan bahwa ketika manusia meninggalkan beajar, maka akan memberi pengaruh pada keberangsungan peradaban manusia.

Muhibbin Syah menyatakan bahwa belajar memainkan peran penting daam mempertahankan kehidupan sekelompok orang, atau sekelompok bangsa.[10] Dengan adanya beajar maka manusia akan mampu mencari cara dan upaya untuk meningkatkan kesejahteraan, kemanan untuk diri dan bangsanya. Cara bertahan dan mencari kesejahteraan akan didapatkan oleh manusia jika mereka belajar. Manusia pembelajar akan mampu bersaing di tengah ketatnya kehidupan dan persaingan untuk mencari kesejahteraan. Sebagai contoh orang pandai dan mempunyai skill, yang kepandaian dan skill tersebut hasil belajar, maka kehidupannya basanya akan ebih baik jika disbanding dengan seseorang yang tidak pernah mengalami pembelajaran biasanya kehidupannya berada pada taraf ekonomi lemah. Dengan demikian makin jelas bahwa belajar akan meningkatkan taraf hidup seseorang. Dengan demikian orang yang senang belajar akan mendapatkan tempat yang mulia di sisi manusia dan di sisi Allah. Ha ini dapat dicermati dari firman Allah:”Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Mujadilah:11).

Dari ayat tersebut mengindikasikan bahwa pengetahuan erat kaitannya dengan proses beajar, tidak itu saja penegetahuan ada karena adanya proses belajar, dan proses beajar akan memberi pengaruh kepada kepribadian seseorang, kepribadian pembelajar yang dibingkai dengan keimanan kepada Allah akan menghasilkan pribadi yang unggul, pribadi mulia yang diangkat derajatnya di sisi Allah.

Berbeda Boleh, Sesat Jangan

Oleh: Riwayat attubani

Alumni Pasca IAIN IB Padang-Menarik untuk di disikusikan tulisan Muhammad Kosim LA, “Adanya Perbedaan; Rahmat atau Azab”(Haluan/06/08). Muhammad Kosim menyimpulkan bahwa perbedaan akan mendatangkan rahmat jika perbedaan tersebut dalam tataran pemahaman terhadap ayat-ayat yang dzanni. Sebaliknya jika perbedaan dalam tataran pemahaman terhadap ayat-ayat yang qathi, maka hal itu akan membawa bencana, azab. Dari pendapat Kosim tersebut dapat dicermati bahwa Islam mengakui adanya perbedaan, Islam sebagai agama wahyu mengakui perbedaan itu, bahkan perbedaan adalah sunatullah. Missal laki-laki akan berbeda dengan perempuan, malam akan berbeda dengan siang. Bodoh akan berbeda dengan pandai, kaya akan berbeda dengan miskin, dari semua contoh tersebut jelaslah bahwa di dunia ini perbedaan adalah keharusan yang diciptakan oleh Allah.

Dengan adanya perbedaan tersebut semua makhluk Allah saling membanru dan saling mengisi, dengan adanya berbeda suku bangsa manusia akan saing mengenal dan saling menolong. Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. Al-Hujarat: 13). Dari ayat tersbeut dapat dipahami bahwa perbedaan adalah bukti kekuasaan Allah, jika di dunia ini tidak ada perbedaan, tidak beraneka ragam pendapat, jenis maka dunia ini tidak bermanfaat, hidup akan hampa, hidup akan kaku dan membosankan. Dengan adanya perbedaanlah dunia ini menjadi indah, menjadi penuh warna-warni.

Perbedaan dalam memahami dan menafsirkan di dalam Islam tidak ada dosa selagi tidak melanggar prinsip-prinsip pokok, prinsip-prinsip pokoktersebut di antaranya adalah Allah Swt adalah Esa, Muhammad Saw adalah Nabi terakhir, salat, puasa ramadhan. Kalau hal-hal yang prinsip di langgar maka hal inilah yang akan menimbulkan gejolak, menimbulkan dosa dan keresahan di tengah masyarakat.

Di sisi lain,berbeda pendapat dalam memahami ayat tidaklah ada dosa, berbeda dalam hal yang tidak pokok tidak ada masalah dan tidak akan keluar dari Islam. Konsep –konsep perbedaan seperti yang telah dibahasa seblumnya hendaknya diketahui dan di tularkan kepada masyarakat Islam. Dengan adanya pemahaman yang baik tentang perbedaan mana yang baik dan boleh dan perbedaan mana yang dilarang dan membahayakan keimanan, masyarakat tidak mudah terjebak pada perilaku benar sendiri, menang sendiri dan orang lain selalu salah.

Menurut Sirajuddin Zar[Rektor IAIN IB Padang] tolak ukur kesesatan dalam Islam sangat mudah diketahui, yaitu dengan alat ukur ayat al-Quran. Jika pendapat seseorang bertentangan dengan ayat maka hal tersebut adalah sesat, atau jika ada satau pendapat dan ternyata tidak ada ayat yang dengan jelas membahas tentag hal tersebut maka permasalah atau pendaat itu bakan dari ayat, tetapi hanya suatu pendapat perseorangan.sebagai contoh dalam Islam, diyakini bahwa manusia pertama adalah Adam, keyakinan ini berdasarkan Al-Quran, Dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!"(QS. Al-Baqarah:31).

Ayat ini adalah satu di antara banyak ayat yang mengindikasikan bahwa Adam adalah manusia pertama. Jika ada orang yang menyatakan Adam bukan orang pertama berarti hal itu pendapat, atau ada yang menyatakan bahwa Adam mempunyaipostur tubuh yang tegap dan tinggi itu adalah pendapat, di katakan hanya pendapat karena tidak ada secara jelas ayat-ayat yang memberi informasi tentang bentuk postur tubuh Adam.